Bertemunya Gaya Kaligrafi China dan Arab
Bismillah..
Kaligrafi adalah seni yang populer di China sejak zaman dahulu, begitupun Kaligrafi Arab di Timur Tengah dan Persia saat itu, ketika islam datang, budaya tulis menulis berkembang pesat begitupun gaya kaligrafinya. Pada masa dinasti Tang (618–907 M) dua kebudayaan Asia tersebut menjalin hubungan dagang melalui Jalur Sutra darat dan laut, dan mereka saling mengetahui budaya, ideologi, kesenian, serta pengetahuan satu sama lain.
Pada abad ke-8, pedagang dari Timur Tengah, Persia, dan Asia Tengah mulai bermukim di sekitar Jalur Sutra di dalam wilayah China, kemudian berasimilasi dengan suku Han dan membentuk suku Hui, mereka membawa kebiasaan yaitu di batu nisan menulis nama dengan gaya tulisan arab tertentu berdasarkan tempat asal mereka. Kemudian setelah beberapa waktu, perbedaan budaya antara penduduk China dan Arab mempengaruhi cara mereka berkomunikasi. Penduduk China meminjam beberapa kata dari bahasa Persia untuk beberapa barang eksotik seperti Anggur, Delima, dan hewan yang asing bagi penduduk China seperti Singa. Lebih menariknya lagi, muncul sistem penulisan baru yaitu Xiao Er Jing (小兒經) atau Skrip Anak, yang memungkinkan Huruf China ditulis secara fonetik menggunakan aksara Arab dan digunakan untuk mengajarkan aksara China kepada anak-anak di komunitas keturunan Arab. Sebaliknya, Jing Tang Jiao Yu (经堂教育) atau Bahasa Madrasah China, adalah penggunaan karakter China secara fonetik untuk menulis bahasa Arab. Kedua pembahasan tersebut sangat menarik dan akan saya bahas di tulisan lain insyaAllah.
Seiring pudarnya hubungan dengan negeri muslimin, beberapa karena pembatasan perjalanan dan perdagangan, kaligrafi lokal mulai mempengaruhi gaya tulis menulis masyarakat muslim yang tinggal di China. Pada masa dinasti Ming (1368–1644), sebuah gabungan bentuk kaligrafi yang memiliki karakteristik baru mulai berkembang dan itulah, Sini.
Kaligrafi Sini
“Sini” adalah istilah Arab untuk “China” dan menjadi nama kaligrafi Arab bergaya khas China ini. Sering digunakan pada media papan yang bertuliskan Tasmia (basmalah), Syahadat, atau kalimat doa lainnya, dan dipasang di atas pintu masuk masjid. beberapa contoh penggunaannya juga ditemukan pada keramik, perkakas, ukiran batu, dan di tembok atau jendela kayu.
Pada umumnya, Sini memiliki ciri khas tarikan kuas yang mengalir dan lentur, dengan bentuk final lancip yang mirip pada seperti Kaligrafi China Lishu / Clerical Script.
Pada beberapa jenis Sini, kuas kaligrafi China dapat digunakan untuk menulis, namun pada umumnya Sini ditulis menggunakan bambu atau kayu pipih yang ujungnya terdapat kain yang diikat sebagai kuas sehingga lembut tidak seperti qalam yang digunakan pada kaligrafi arab dan ujungnya keras. Pena yang lembut tersebut memungkinkan penggunaan Rice Paper daripada menggunakan kertas muqohar yang dibutuhkan jika memakai qalam karena lapisannya lebih keras. Tinta yang digunakan adalah tinta kaligrafi China yang warnanya lebih pekat dibandingkan tinta kaligrafi Arab.
Ada juga pena Sini khusus yang sudah dibentuk sedemikian rupa untuk memudahkan ketika menulis (gambar 6). Dibawah ini adalah video tentang mempersiapkan pena untuk menulis kaligrafi Sini oleh Haji Noor Deen.
Tulisan Arab secara umum mudah dilihat dari bentuknya yang memanjang secara horizontal dari kanan ke kiri dan menggunakan nuqtah/titik sebagai alat ukur proporsional huruf. Sedangkan Sini terkadang ditulis secara vertikal, seperti Kaligrafi China, dan terkadang tidak bersambung sesuai kaidah tulisan arab pada umumnya, dan tidak memiliki proporsi ukuran tertentu namun masih bisa dibaca sebagai sebuah kata bahasa Arab. Sini juga sering dibuat dalam satu kata berbentuk ketupat dan biasa terdapat pada tiang masjid (gambar 7 & 19). selain bentuk ketupat, kata bahasa arab yang ditulis dengan kaligrafi Sini, juga sering “dibungkus” kedalam bentuk lain seperti lingkaran, persegi panjang, segitiga, atau bentuk lainnya yang mengingatkan pada karater China yang memiliki komposisi dan menyerupai sebuah bentuk tertentu.
Seiring pudarnya hubungan dengan negeri muslimin, beberapa karena pembatasan perjalanan dan perdagangan, kaligrafi lokal mulai mempengaruhi gaya tulis menulis masyarakat muslim yang tinggal di China. Pada masa dinasti Ming (1368–1644), sebuah gabungan bentuk kaligrafi yang memiliki karakteristik baru mulai berkembang dan itulah, Sini.
Dikarenakan kurangnya penelitian tingkat lanjut, saya coba membuat kategori Sini versi saya sendiri berdasarkan bentuk dan fungsinya, please take this with a grain of salt:
1. Sini pada kitab
Sini jenis ini biasa dipakai untuk quran ataupun kitab yang berfungsi sebagai bacaan, karena hurufnya cukup jelas dan lebih mirip tulisan arab pada umumnya dibanding Sini jenis lainnya. Pengaruh penulisan lokal china bisa dilihat dari karakter garis yang kuat dan final yang lancip dihasilkan dari tarikan pada kuas.
2. Sini Umum
Ditulis menggunakan pena khas Sini, bentuk jenis ini merupakan bentuk Sini yang umum ada di China hingga sekarang. Sini jenis ini punya keterbacaan yang bagus, ditulis dari kanan ke kiri dan secara tata letak mirip dengan Tsuluts yang membedakan adalah bentuk yang lebih mengalir menyesuaikan pena Sini yang lembut dengan tarikan kuas yang lebih panjang dibanding kaligrafi arab timur tengah. Tidak sulit menemukan Sini jenis ini karena banyak digunakan oleh masyarakat muslim di China untuk menulis teks Arab yang biasanya di sebuah papan atau hiasan dan digantung di depan rumah, toko, atau sebagai papan masjid.
Ketika seseorang menyebut Kaligrafi Sini, biasanya dimaksudkan untuk jenis ini karena paling umum di China dengan ciri khasnya yang unik berbeda dengan kaligrafi arab di timur tengah, persia, ataupun afrika utara.
3. Sini Ikonisasi
Sini jenis ini menulis suatu kata menjadi sebuah bentuk tertentu, umumnya ketupat atau lingkaran. Hal ini sepertinya dipengaruhi oleh masyarakat china yang terbiasa dengan karakter huruf China yang merupakan logogram yaitu aksara yang terdiri dari bentuk logo/ikon. Maka pengaruh tersebut membuat masyarakat muslim china mulai menulis kata arab menjadi satu komposisi sebuah bentuk.
selain bentuk ketupat, Sini juga berbentuk lingkaran dan persegi.
4. Sini Kontemporer
Setelah Revolusi Budaya (1966–1976) dihentikan, muslim di China mulai membangun kembali budaya mereka. Beberapa muslim China mulai pergi ke luar negeri untuk belajar agama islam baik di Mesir, Turki, Saudi, dan negara Timur Tengah lainnya. Keterbukaan tersebut menyebabkan eksperimen terhadap Sini mulai dilakukan, dan berkembanglah Sini kontemporer. Haji Noor Deen Mi Guang Jiang adalah salah satu master kaligrafi Sini yang terkenal di dunia, karyanya yang terkenal adalah Asmaul Husna yaitu menulis 99 nama Allah menyerupai karakter China namun bisa dibaca sebagai tulisan Arab pula (gambar 25).
Ma Yi Ping, Imam di Masjid Raya Xi’an, membuat gaya kaligrafi yang dapat dibaca secara China dan Arab (gambar 26). kalimat 真主至大 (zhen zhu zhi da, “Allah Maha Besar”) ketika kertas diputar 90 derajat maka terbaca kalimat Basmalah. Kaligrafer Sini lainnya yang terkenal diantaranya Haji Yusuf Chen Jin Hui, Haji Abdu Hakim, dan Kaligrafer muslim asal Jepang Kouichi Honda.
Sayangnya, beberapa kaligrafi Sini tradisional banyak yang hilang. Penyebabnya tidak lain adalah peristiwa Revolusi Kebudayaan di China (1966–1976) yang menghancurkan banyak karya seni islam. Juga beberapa muslim china yang mengkritik bangunan masjid yang menggunakan gaya arsitektur dan kesenian China tradisional, akhirnya banyak sampel kaligrafi Sini yang dihapus dan diganti dengan gaya kaligrafi Arab dari Timur Tengah.
Semoga tulisan ini dapat menambah pengetahuan tentang seni kaligrafi khususnya di Asia, Sini merupakan bidang yang belum banyak dieksporasi jadi saya harap seseorang yang lebih berpengetahuan dapat membuat penelitian tentang ini. Sangat menyenangkan melihat dua budaya seni menjadi sesuatu yang baru dan menarik… dan Sini merupakan salah satunya.
Sini Awaits You To Explore!
Wallahu A’lam.
-
Abdurrahman Hanif (Instagram: @abdrhnf)