Sejarah Pencetakan Al Qur’an di Tiongkok
Bismillah…
Al Quran pertama kali diperkenalkan ke Tiongkok bersama dengan Islam pada masa Dinasti Tang dan Islam memiliki sejarah lebih dari 1.300 tahun. Karena keterbatasan teknologi dan kondisi waktu itu, untuk waktu yang lama, Qur’an yang beredar di Tiongkok pada dasarnya dibuat dengan tulisan tangan disalin oleh Muslim di berbagai penjuru Tiongkok. Hal ini berhubungan dengan berkembangnya Kaligrafi Arab dengan Gaya Tiongkok.
Dengan tersebarnya Islam secara bertahap sampai ke wilayah Yunnan dan untuk memenuhi kebutuhan belajar agama Islam, Muslim di Yunnan mencetak Qur’an dalam dua periode berbeda dan dilakukan dengan teknik Woodblock / teknik Blok Kayu.
Teknik Woodblock sendiri adalah teknik untuk mencetak teks atau gambar yang digunakan secara luas di Asia Timur berasal dari Tiongkok dan umum digunakan sebagai metode pencetakan pada tekstil dan kemudian pada kertas pada zaman dahulu.
Ukiran Tongzhi: Cetakan balok kayu Qur’an pertama di Tiongkok
Pada akhir Dinasti Qing, di bawah kepemimpinan Du Wenxiu, orang-orang dari semua kelompok etnis di Yunnan barat membuat gerakan anti-Qing yang cukup kuat. Setelah pembentukan gerakan Anti-Qing di kota Dali, Du Wenxiu sangat mementingkan penyebaran dan pembangunan budaya Islam, dan menginisiasi penerbitan Al Qur’an cetak pertama di Tiongkok
Selama periode ini, Du Wenxiu mengerahkan banyak sumber daya manusia dan material dan akhirnya menyelesaikan pencetakan Qur’an satu tahun setelah kaisar Tongzhi menjabat (1862). Du Wenxiu berpikir nama apa yang akan diberikan pada Qur’an cetakan pertama ini. Karena Du Wenxiu merasa sulit untuk Muslim Tionghoa yang berbahasa Mandarin pada waktu itu menggunakan pengucapan Qur’an menjadi “Gulan (古兰)”, dan merupakan kata yang aneh diucapkan, jadi dia ingin memberikan Qur’an nama Tiongkok yang elegan dan terhormat.
Du Wenxiu kemudian menulis surat kepada gurunya Ma Fuchu, seorang Tokoh Muslim, untuk meminta nasihat. Atas saran Ma Fuchu cetakan Qur’an pertama diterbitkan dengan nama “Bao Ming Zhen Jing (宝命真经)” yang terjemahannya kurang lebih “Harta Kehidupan dan Kebenaran” (mohon koreksi terjemahannya hehe). (Secret Records of Du Wenxiu’s House/杜文秀帅府秘录 Vol.1, hlm. 104–105)
Ukiran Tongzhi ini kemudian menjadi Qur’an ukiran kayu lengkap pertama dalam sejarah Tiongkok, dengan total 30 volume. Setiap volume adalah volume terpisah, yang masing-masing berkisar antara 28–30 halaman. Cetakan pertama ini menggunakan binding kawat dan ditempatkan dalam kotak kayu khusus, yang diikat dengan indah.
Pada tahun kesebelas kaisar Tongzhi (1872 M) atau sepuluh tahun setelah peluncuran edisi pertama Bao Ming Zhen Jing (宝命真经), blok kayu asli untuk cetakan tersebut musnah karena pasukan Dinasti Qing yang menyerbu kota Dali dan sebagian Qur’an yang sudah terbit disita oleh Tentara Qing. Ada beberapa cetakan terselamatkan namun sebagian besar hanya potongan dan tidak lengkap.
Ukiran Guangxu: versi kedua Quran ukiran kayu terlengkap yang masih ada
Pada tahun ke-21 kaisar Guangxu (1895 M), Tokoh Islam Ma Lianyuan dengan dukungan dari donatur di beberapa wilayah di Tiongkok, mulai mengukir kembali versi kedua Bao Ming Zhen Jing (宝命真经).
Versi kedua ini diselesaikan di Masjid Nancheng, Kunming. Ma Lianyuan secara pribadi memimpin sebagian besar pekerjaan. Tulisan Qur’an ukiran Guangxu ditulis oleh Tian Jiapei, ahli tulisan arab dan ahli hukum yang terkenal pada saat itu. Ma Lianyuan memeriksa sendiri kata demi kata agar hasilnya akurat. Ma Lianyuan juga mempekerjakan lebih dari 20 Ahli pengukir dari Sichuan untuk mengukir balok kayu cetakan versi kedua ini.
Dikatakan bahwa Ma Lianyuan meminta para pengukir untuk bersuci dari kotoran besar dan kecil sebelum mulai bekerja. Saat mengukir, setiap baris Qur’an segera dibungkus dengan kain agar jari tidak menyentuh tulisan Qur’an yang sudah diukir, dan menugaskan orang khusus untuk mengawasinya. Proses pengukiran bisa dibilang sangat ketat dan serius.
Seluruh pengerjaan ukiran memakan waktu tiga tahun hingga selesai, dan menghabiskan biaya 8.500 tael perak (Tael adalah satuan berat yg dipakai di Tiongkok saat itu, 1 tael = ±38 gram), yang semua biayanya disumbangkan oleh umat Islam Tiongkok di dalam dan di luar provinsi Yunnan. Ini bisa disebut proyek budaya besar dengan investasi yang besar, yang sangat penting bagi Muslim Yunnan Hui untuk meningkatkan semangat nasional dan budaya pada saat itu.
Setelah reformasi di Tiongkok, untuk menggali, memilah, mempelajari, dan mewarisi budaya Islam tradisional China dengan lebih baik, Asosiasi Islam Yunnan menggunakan teknologi modern antara tahun 1988 dan 1998 untuk memfotokopi ukiran Guangxu Bao Ming Zhen Jing, dan total 6.000 eksemplar diterbitkan dan didistribusikan. Selain memenuhi kebutuhan mayoritas Muslim untuk belajar dan kegiatan keagamaan, juga memainkan peran positif dalam mempromosikan penyebaran Islam di Tiongkok.
Dengan tersebarnya Islam secara luas di Tiongkok dan untuk memenuhi kebutuhan belajar sehari-hari dan kegiatan keagamaan, Muslim Yunnan mencetak Al Qur’an dua kali melalui sistem cetak blok kayu selama periode Tongzhi dan Guangxu dari Dinasti Qing, yang mempelopori pencetakan blok kayu dari Al Qur’an pertama dalam sejarah perkembangan Islam di China.
Wallahu A’lam.