Sejarah Islam di Lhasa, Tibet

Abdurrahman Hanif
7 min readSep 19, 2021

--

Masjid Agung Lhasa, Tibet.

Bismillah.

Catatan muslim paling awal di Lhasa berasal dari buku حدود العالم ‎(Hudud al-’Alam “Perbatasan Dunia” atau “Batas Dunia”) yang ditulis pada tahun 982 M. Dalam Bab 11 yang berjudul “ Tentang Tibet dan Kota-kotanya”, tercatat:

“Lhasa adalah kota kecil dengan banyak kuil berhala dan satu masjid muslim. disana tinggal sejumlah kecil kaum muslimin.” Hudud al-’Alam, Bab 11

Hudud al-’Alam sendiri ditulis berdasarkan buku “Tulisan Para Leluhur” dan “Memoir para Santo (atau Sufism?)” yang saya tidak bisa menemukan digital dari kedua buku tersebut karena mungkin sudah lama. Jadi proses penyusunannya berupa kompilasi dari beberapa buku dan catatan. Penulisnya sendiri mungkin belum pernah ke Tibet. Pada bab 11 itu, sebagian bahan penyusunannya berasal dari periode keemasan Tibet (sebelum tahun 838 M). Saat itu, Tibet menguasai selatan Pegunungan Tianshan di utara dan Koridor Hexi di Timur. Dengan kekuasaan seluas itu, Tibet merupakan jalur bisnis penting antara India dan Asia Tengah dan Barat, sehingga dipastikan akan ada masjid dan beberapa pedagang muslim di Lhasa.

Namun Hudud al-’Alam adalah satu-satunya bukti dari awal muslim di Lhasa, dan tidak ada catatan serupa selama ratusan tahun setelahnya.

Secara umum, Muslim di Tibet berasal dari 3 kelompok: Muslim berbahasa Tibet yang leluhurnya dari Kashmir dan Nepal, Muslim berbahasa Tibet yang leluhurnya dari Sichuan dan Yunnan, dan Muslim berbahasa Mandarin yang datang dari Gansu dan Qinghai untuk berdagan. Berbeda dengan Hui dan Uyghur yang mereka adalah suku muslim di Tiongkok yang diakui, muslim di Tibet tetap diidentifikasi sebagai orang Tibet oleh Pemerintah Tiongkok. Meskipun dari nenek moyang mereka menganut Islam, berbeda dengan penduduk Tibet asli yang menganut Buddha.

Di Tibet, Muslimin disebut dengan istilah Khache, atau dalam dokumen Dinasti Qing disebut dengan 卡契 (kǎ qì), diambil dari sebutan Tibet untuk wilayah Kashmir yaitu Khache Yul. Pada awal abad ke 14, Kashmir, wilayah di sebelah barat Tibet, mulai masuk Islam. Kemudian di abad 17, Muslim Kashmir mulai pergi ke Tibet untuk berdagang dan bermukim. Karena kelompok etnis muslim pertama yang tiba dan dipahami orang Tibet berasal dari Kashmir, Maka dalam bahasa Tibet istilah Khache digunakan untuk menyebut muslimin secara umum.

Setelah abad ke 18, tentara Qing ditempatkan di Tibet. Para tentara muslim yang ditempatkan di Tibet menjadi kelompok muslim kedua yang datang ke Lhasa. Para tentara muslim disebut 甲卡契 (jiǎ kǎ qì), yang mana 甲(jiǎ) sebutan untuk 汉 (Hàn) yaitu (orang) Han dalam bahasa Tibet.

Karena sebagian besar pedagang Muslim dari Kashmir dan tentara muslim Qing berasal dari Sichuan adalah laki-laki, kebanyakan dari mereka menikahi wanita Tibet setempat sebagai istri mereka ketika tinggal di Lhasa. Setelah beberapa generasi, umat Islam ini secara bertahap berakulturasi menjadi orang tibet di bagian non agama, seperti berbicara bahasa Tibet, berpakaian gaya Tibet, tinggal di bangunan berarsitektur Tibet, dan meminum teh mentega khas Tibet. Oleh karena itu kedua kelompok tersebut punya nama baru dalam bahasa tibet yaitu 蕃卡契 (fān kǎ qì) yang mana 蕃 (fān) adalah singkatan dari 藏 (cáng) artinya Tibet dalam bahasa Tibet. Dapat diartikan juga kedua kelompok diatas sudah menjadi bagian dari suku Tibet itu sendiri meskipun berbeda agama.

Baru pada tahun 1980-an orang Hui dari Qinghai, Provinsi Gansu mulai datang ke Lhasa untuk berdagang. Mereka menjadi 甲卡契 (jiǎ kǎ qì) baru di Tibet. Orang Tibet juga menyebut mereka Si lin, diucapkan dari “Xining”.

“Taman Muslimin” di Lhasa

Tidak jauh di utara istana Norbulingka, istana musim panas Dalai Lama yang terkenal terletak di sebelah barat Lhasa, ada Kachilinka atau 卡契林卡 (Kǎ qì lín kǎ). Seperti yang sudah disampaikan tadi, Kha che adalah sebutan Tibet untuk muslimin Kashmir (yang kemudian digunakan untuk menyebut muslimin secara umum), dan Gling kha yang berarti taman. Oleh karena itu, Kachilinka berarti Taman Muslimin Kashmir. Kachilinka merupakan daerah pemukiman Muslim paling awal di Lhasa dengan catatan yang jelas.

Lokasi Kachilinka sekarang di Tibet.

Catatan dokumentasi paling awal dari Kachilinka berasal dari 西藏志 (xīzàng zhì) “Sejarah Tibet” Dalam bab Kuil, tercatat:

Taman Kachi, di Hutan Willow Danau Xu Lao di Lima Mil Barat Istana Potala (Tempat Dalai Lama). Ini adalah tempat pemujaan bagi orang Hui Chantou (Chantou:Bersorban), ada kolam ikan, ruang doa, dan tempat ibadah.

Buku 西藏志 “Sejarah Tibet”. Dokumen Pribadi.

Asal-usul Kachilinka adalah legenda yang penting bagi keturunan Kashmir di Lhasa. Zhou Chuanbin dan Chen Bo mendeskripsikan legenda ini dengan baik dalam artikel 伊斯兰教传入西藏考 “Studi Pengenalan Islam di Tibet”. Artikel tersebut mengatakan bahwa Seorang Imam bernama Pir Jacob (bisa diterjemahkan sebagai Pil Yagubo, Pil Yaguf, Yerkub, dll.) datang ke Lhasa dari Kashmir, Dalai Lama kelima ketika melihat Pil Yagubo beribadah di Gunung Genpeiwuzi di utara Lhasa, mengirim orang untuk bertanya. Kemudian, dia menembakkan panah di lahan basah di pinggiran barat Lhasa dan memberikan lahan tersebut kepada Pil Yagubo, yang disebut Rgyang-mdav-gang-gling-kha (dalam mandarin 箭达岗林卡 jiàn dá gǎng lín kǎ atau 江达岗林卡 jiāng dá gǎng lín kǎ) yang berarti “ Taman dalam jarak lemparan batu. Selain itu menurut legenda umat islam di Lhasa, Dalai Lama Kelima melihat Pil Yagubo di Gunung Genpeiwuzi melalui sebuah teleskop. Menurut data sejarah, Dalai Lama Kelima menerima “tabung kristal yang dapat melihat pemandangan aneh di kejauhan” dari Galdan pada tahun 1678. Tidak ada catatan penggunaan teleskop oleh Dalai Lama Kelima sebelumnya.

Saat ini ada gerbang selatan yang baru dibangun di Kachilinka dengan tulisan “1650 Lhasa Jiandagang” diatasnya.

Gerbang di Kachilinka.

Muslim lokal di Lhasa percaya bahwa Kachilinka didirikan pada 1650, tetapi tidak ada bukti catatan yang ditemukan untuk klaim ini. Zhou Chuanbi dan Chen Bo menulis dalam artikel “Studi Pengenalan Islam di Tibet” mengatakan bahwa pada tahun 1652 Dalai Lama Kelima melewati Qinghai dalam perjalanannya ke Beijing. Kepala Muslim kota Xining, Provinsi Qinghai memimpin sebuah tim untuk memberikan penghormatan, dan Dalai lama bertanya kepada para Imam. Tampaknya Dalai Lama Kelima tidak memahami Islam saat itu.

Saat ini, ada sebuah platform batu di punggung bukit di belakang Sekolah Partai Daerah Otonomi Barat Lhasa. Menurut legenda, itu adalah tempat dimana Pil Yagubo beribadah. Banyak Muslim Lokal di Lhasa dan bahkan yang datang dari Qinghai atau Gansu untuk melakukan bisnis berziarah/beribadah kesini.

Dua Masjid di Kachilinka

Huang Luosai menulis dalam artikel “Studi tentang Identitas Kelompok Etnis Hui Tibet di Lhasa”:

Masjid pertama di Kachilinka di pinggiran barat dibangun pada tahun 1755, dan yang lainnya dibangun pada tahun 1989 dengan sumbangan dari 25 keluarga Muslim.

Namun, tidak ada lagi literatur tentang waktu dibangunnya kedua masjid tersebut.

Diantara dua masjid di Kachilinka, salah satunya adalah satu-satunya masjid tradisional bergaya Tibet di Lhasa dengan plakat pintu bertuliskan “Masjid ini dibangun pada tahun 1775 dan telah diperbaiki empat kali dalam sejarah bertahun-tahun. Pada tahun 2008, renovasi terakhir selesai pada tahun 2012.”

Pada tahun 1846, misionaris Prancis Évariste Régis Huc tiba di Lhasa. Dia menggambarkan Muslim Kashmir di Lhasa pada tahun 1846 dalam “Tatar Travel to Tibet”. Évariste menulis bahwa orang Kashmir hanya memiliki satu masjid di Lhasa pada tahun 1846.

Kesimpulan

Meskipun dalam sejarahnya Tibet adalah wilayah kekaisaran yang berbasis Buddha, mereka kedatangan muslimin selama tiga periode yaitu kedatangan muslim Kashmir kemudian yang kedua kedatangan pasukan Qing yang sebagian adalah tentara muslim dari Sichuan. Mereka sebagian tinggal dan menikah dengan wanita lokal kemudian berakulturasi dalam hal non agama seperti pakaian, arsitektur, makanan, dan bahasa. Setelah beberapa generasi Muslim dari Kashmir dan Sichuan menyatu dan sudah dianggap sebagai orang Tibet. Kedatangan muslim ketiga adalah setelah tahun 1980 yang mana beberapa muslim Hui berbahasa mandarin dari Gansu dan Qinghai. Golongan yang ketiga ini tidak dianggap sebagai orang Tibet namun sebagai orang Hui luar Tibet.

Semua foto yang saya tampilkan diambil sekitar tahun 2018 di Lhasa, Tibet oleh Master Wang dari Beijing sangat berterima kasih banyak kepada beliau -Semoga Allah Menjaganya-. Begitulah segenap tulisan yang bisa saya sampaikan, semoga bermanfaat.

Wallahu A’lam Bisshawab. (instagram: @abdrhnf)

Bacaan Lanjutan:

房建昌的 “西藏穆斯林与清真寺的若干史料” (“Materi Sejarah tentang Muslim dan Masjid Tibet” oleh Fang Jianchang)

西藏的回族及其清真寺考略 — 兼论伊斯兰教在西藏的传播及其影响 (Sebuah Studi Singkat tentang Hui dan Masjid-Masjid mereka di Tibet — Juga tentang penyebaran dan pengaruh Islam di Tibet)

周传斌、陈波的 “伊斯兰教传入西藏考” (“Studi tentang Pengenalan Islam ke Tibet” oleh Zhou Chuanbin dan Chen Bo)

黄罗赛的 “拉萨藏回族群认同研究” (“Penelitian tentang Identitas Kelompok Etnis Hui Tibet di Lhasa” oleh Huang Luosai)

陈波的 “拉萨穆斯林群体调查” (“Penyelidikan Muslim di Lhasa” oleh Chen Bo)

--

--